Strategi DCA atau Dollar Cost Averaging ini bukan cuma untuk investasi saham, kamu juga bisa mengaplikasikannya ke instrumen investasi lainnya, seperti investasi emas, investasi reksadana, investasi crypto, dan investasi lainnya.
Buat kamu yang baru mulai nyemplung ke dunia saham, pasti pernah denger istilah DCA atau Dollar Cost Averaging. Strategi ini jadi andalan banyak investor pemula (dan juga yang udah pro) karena simpel, nggak bikin stres, dan bisa dipakai buat investasi jangka panjang.
Yuk, kita bahas tuntas tentang strategi DCA dalam investasi.

Apa Itu Dollar Cost Averaging (DCA)?
Dollar Cost Averaging (DCA) adalah strategi investasi di mana kamu membeli saham secara rutin dengan nominal uang yang sama, tanpa peduli harga saham lagi naik atau turun. Jadi, misalnya kamu punya dana Rp500.000 per bulan, maka setiap bulan kamu akan beli saham dengan jumlah uang itu, berapapun harga sahamnya saat itu.
Contoh gampangnya:
- Bulan Januari: harga saham Rp1.000 β kamu dapat 500 lembar
- Bulan Februari: harga saham Rp1.250 β kamu dapat 400 lembar
- Bulan Maret: harga saham Rp800 β kamu dapat 625 lembar
Total dana tetap Rp1.500.000, tapi jumlah saham yang kamu kumpulin bisa lebih banyak saat harga turun. Inilah keunggulan dari DCA.
Sampai sini bisa dipahami?
Kenapa Strategi DCA Cocok Buat Pemula?
π― 1. Nggak Perlu Pusing Analisis Harga Harian
Dengan DCA, kamu nggak harus jadi dukun yang nebak-nebak kapan harga saham naik atau turun. Tinggal tentuin jadwal beli (misal tiap tanggal 10), dan beli aja sesuai rencana.
π§ββοΈ 2. Bikin Mental Lebih Tenang
Karena kamu investasi secara berkala dan disiplin, kamu jadi nggak panik saat harga saham turun. Justru malah seneng karena bisa dapat saham lebih banyak dengan harga lebih murah.
πΈ 3. Cocok Buat Gaji Bulanan
DCA itu pas banget buat kamu yang penghasilannya tetap tiap bulan. Jadi kamu bisa sisihkan sebagian dari gaji buat beli saham secara rutin.
π 4. Potensi Harga Rata-rata Lebih Baik
Dengan membeli di berbagai level harga, kamu bisa dapat harga rata-rata beli yang kompetitif. Jadi nggak terlalu rugi walau sempat beli di harga tinggi.
Cara Menerapkan Strategi DCA dalam Saham
1. Tentukan Budget Bulanan
Mulai dari nominal yang kamu nyaman. Nggak harus gede kok. Mulai dari Rp100.000 atau Rp500.000 juga oke, yang penting konsisten.
2. Pilih Saham yang Stabil dan Potensial
Karena ini strategi jangka panjang, kamu sebaiknya pilih saham-saham yang punya fundamental kuat dan tergolong blue chip (perusahaan besar, stabil, dan rajin kasih dividen).
Contoh: BBRI, TLKM, UNVR, atau BBCA.
Kalau mau belajar pelan-pelan, bisa juga investasi lewat reksa dana saham atau ETF saham yang isinya udah dikurasi sama manajer investasi.
3. Buat Jadwal Pembelian Rutin
Tentukan jadwal beli, misalnya setiap tanggal 1 atau tanggal 10. Usahakan disiplin dan jangan bolos! Biar lebih gampang, kamu bisa pake fitur auto-invest di beberapa aplikasi sekuritas atau e-wallet yang sudah punya fitur DCA.
4. Simpan Jangka Panjang
DCA ini nggak cocok buat cuan instan. Tujuan utama strategi ini adalah akumulasi aset untuk jangka panjang, minimal 3β5 tahun bahkan lebih. Jadi sabar dan jangan tergoda buat jual cepat.
Simulasi Sederhana Strategi DCA
Misalnya kamu investasi Rp500.000 setiap bulan ke saham ABC selama 6 bulan:
Bulan | Harga Saham | Jumlah Saham Dibeli |
---|---|---|
Jan | Rp1.000 | 500 lembar |
Feb | Rp800 | 625 lembar |
Mar | Rp900 | 555 lembar |
Apr | Rp1.200 | 416 lembar |
Mei | Rp1.100 | 454 lembar |
Jun | Rp950 | 526 lembar |
Total Investasi: Rp3.000.000
Total Saham: 3.076 lembar
Harga Rata-rata Beli: Sekitar Rp975 per lembar
Kalau harga saham naik jadi Rp1.300, kamu udah untung karena harga rata-rata belimu lebih rendah.
Tips Maksimalin Strategi DCA
π§ Pakai Aplikasi Sekuritas yang Mudah Dipakai
Biar nggak ribet, pilih aplikasi sekuritas yang user-friendly dan punya fitur beli otomatis. Misalnya Bibit, Ajaib, Pluang, atau Stockbit.
π Pantau Performa Secara Berkala
Walaupun strategi DCA nggak butuh terlalu sering mantau harga, kamu tetap perlu evaluasi tiap 3 atau 6 bulan buat lihat apakah saham yang kamu beli masih oke atau nggak.
π― Tetap Fokus ke Tujuan Investasi
Punya tujuan bikin kamu lebih semangat. Entah itu buat dana pensiun, beli rumah, atau biaya nikah, tujuan akan bantu kamu konsisten.
π Lihat Penurunan Sebagai Peluang
Kalau harga saham turun, jangan panik. Justru itu saatnya kamu dapat saham lebih banyak dengan harga lebih murah. Anggap lagi diskon besar-besaran!
Kekurangan Strategi DCA (Tetap Ada, Ya)
π
Nggak Efektif Kalau Sahamnya Turun Terus
Kalau kamu salah pilih saham dan ternyata performanya terus jelek atau malah bangkrut, strategi DCA nggak akan bisa nolong banyak. Makanya penting banget pilih saham yang sehat secara fundamental.
π΄ Kurang Menantang Buat yang Suka Trading
Kalau kamu tipe yang suka tantangan, DCA bisa terasa boring karena cuma beli-beli aja tiap bulan tanpa aksi jual-beli cepat.
π° Butuh Disiplin Finansial
Kalau kamu suka khilaf belanja online atau nongkrong, strategi DCA bisa gagal karena kamu nggak disiplin nabung bulanan.
Kesimpulan
Strategi DCA cocok banget buat pemula yang pengen investasi saham tanpa stres dan drama. Dengan modal kecil, kamu bisa mulai bangun portofolio yang kuat dan stabil.
π‘ Inti dari DCA:
- Investasi secara rutin dengan nominal tetap
- Nggak peduli harga saham lagi naik/turun
- Cocok buat jangka panjang
- Minim risiko, tapi tetap butuh pemilihan saham yang tepat
Jadi, tunggu apa lagi?
Mulai strategi DCA kamu sekarang dan biarkan waktu serta konsistensi yang bekerja buat masa depan finansial kamu. Letβs go, investor santai! πͺπ